Memahami Hukum bacaan Nun Sukun dan Tanwin dengan cepat dan mudah - Mujib's Blog

Memahami Hukum bacaan Nun Sukun dan Tanwin dengan cepat dan mudah


Al-Qur’an adalah wahyu suci dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril as. Al-Qur’an yang mulia ini menjadi pedoman bagi umat Islam, bahkan yang mempelajarinya banyak juga dari kalangan non muslim. Hal itu sudah tidak diragukan lagi, karena memang isi yang terkandung dalam Al-Qur’an sangat luas. Sehingga siapa saja yang mencoba menggali isi kandungannya pasti akan mendapatkan sebuah ilmu. Kapan saja Al-Qur’an itu dipelajari pasti sesuai dengan keadaan yang ada. Dari sudut pandang mana saja Al-qur’an dilihat, maka akan nampak sisi kebenarannya. 

Al-Qur’an merupakan wahyu suci dari Tuhan alam semesta, sehingga cara membacanya tidak boleh sembarangan. Ada metode-metode atau cara-cara melafadzkan huruf-hurufnya. Dalam ilmu tajwid hal yang demikian (cara melafadzkan huruf) termasuk kajian makhorijul huruf. Setelah mengetahui tempat keluarnya huruf dan cara melafadzkannya, kemudian beralih lagi pada tingkat yang lebih tinggi, yakni cara melafadzkan (mengucapkan) huruf perhuruf ketika bertemu dengan huruf lainnya.

Dalam ilmu tajwid ada hukum suatu bacaan ketika ada salah satu huruf bertemu dengan huruf lain, suatu huruf jatuh  di akhir kalimat dan sebagainya. Hal yang demikian telah di bagi ke berbagai kelompok. Salah satu dari pembagiannya ialah ketika ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari huruf hijaiyyah yang berjumlah dua puluh delapan. Dalam hal ini ada 5 hukum bacaan tajwid, yaitu :

Pertama, Hukum bacaan Idhar Halqi 
Hukum bacaan di sebut Idhar Halqi yaitu ketika ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu salah satu huruf yang enam, yaitu Hamzah, Ha’, ‘Ain, Cha’, Ghoin, Kho’. Sebagaimana yang dikatakan sebuah nadham : 

 فَاظْهِرْ لَدٰى هَمْزٍ وَهَاءٍ حَاءِ * وَالْعَيْنِ ثُمَّ الْغَيْنِ ثُمَّ الْخَاءِ

Artinya : “Bacalah Idhar (jelas) ketika (ada Nun Sukun atau tanwin) bertemu dengan (salah satu huruf) Hamzah, Ha’, Cha’, ‘Ain, Ghoin, kemudian Kho’ ”

Cara membacanya harus jelas, seperti lafadz مِنْ هَادٍ  , harus dibaca Min Haadin dengan jelas. Tidak boleh dibaca Mihhaadin dengan mendengung.

Kedua, Hukum bacaan Idghom Bighunnah
Hukum bacaan disebut Idghom Bighunnah yaitu apabila ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang empat, yaitu Ya’, Nun, Miim dan Wawu. Sebagaimana yang dikatakan sebuah nadham :

وَادْغِمْ بِغُنَّةٍ بِيَنْمُوْ لَا اِذَا 

Artinya : “Dan bacalah Idghom Bigunnah (ketika ada Nun Sukun atau Tanwin) bertemu dengan (salah satu huruf yang terkumpul) dalam lafadz يَنْمُوْ (Ya’, Nun, Miim, Wawu)”

Cara membacanya harus mendengung. Seperti lafadz مِنْ وَالٍ , harus di baca mendengung, yaitu dengan cara memasukan huruf Nun ke dalam huruf Wawu, sehingga terbaca Miwwaalin. Tidak boleh di baca Min Waalin dengan jelas.

Catatan : 
Ada pengecualian dalam hukum bacaan Idghom Bighunnah, yaitu ketika ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf empat, yaitu Ya’, Nun, Miim Wawu dalam satu kalimat, maka lafadz tersebut harus dibaca dengan jelas. Seperti yang dikatakan nadham :

كَانَا بِكِلْمَةٍ كَدُ نْيَا فَانْبِذَا

Artinya : “Ketika (ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf yang terdapat dalam lafadz يَنْمُوْ ) dalam satu kata maka bauanglah (bacaan Idghom), seperti kata دُنْيَا”

Hukum bacaanya di sebut Idhar Idghom, karena hurufnya Idghom, tapi cara bacanya jelas (Idhar). Seperti lafadz دُنْيَا , harus dibaca Dun Ya dengan jelas. Tidak boleh dibaca Duyya dengan mendengung.

Ketiga, Hukum bacaan Idghom Bilaghunnah
Hukum bacaan disebut Idghom Bilaghunnah yaitu apabila ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang dua, yaitu Lam dan Ro’. Seperti yang dikatakan sebuah nadham :

وَادْغِمِ بِلَا غُنَّةٍ فِي لَامِ وَرَا

Artinya : “Dan bacalah Idghom dengan tanpa mendengung (ketika ada Nun Sukun atau Tanwin) bertemu dengan huruf Lam dan Ro’ ”

Cara membacanya yaitu dengan memasukan Nun Sukun atau Tanwin kedalam huruf Lam atau Ro’. Seperti lafadz مِنْ رِزْقٍ , harus di baca Mirrizqin (tanpa mendengung). Tidak boleh dibaca Min Rizqin dengan jelas ataupun mendengung.

Keempat, Hukum bacaan Iqlab
Hukum bacaan disebut Iqlab yaitu apabila ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Ba’. Seperti yang dikatakan nadham :

 وَالْقَلْبُ عِنْدَ الْبَاءِ مِيْمًا ذُ كِرَا

Artinya : “ Dan mengganti (Nun Sukun Atau Tanwin) menjadi Miim itulah yang disebut Iqlab ”

Cara membacanya yaitu dengan mengganti Nun Sukun atau Tanwin menjadi huruf Miim mati. Seperti lafadz مِنْ بَعْدِ , harus di baca Mim Ba’di. Tidak boleh di baca Min Ba’di dengan jelas.

Kelima, Hukum Bacaan Ikhfa’ Haqiqi
Hukum bacaan disebut Ikhfa’ yaitu apabila ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu salah satu huruf yang lima belas, yaitu ص، ذ، ث، ك، ج، ش، ق، س، د، ط، ز، ف، ت، ض، ظ . seperti yang dikatakan nadham :

وَاَخْفِيَنَّ عِنْدَ بَاقِى الْاَحْرُفِ * جُمْلَتُهَا خَمْسَةُ عَشْرٍ فَاعْرِفِ

Artinya : “ Maka ketahuilah, dan bacalah Ikhfa’ (ketika ada Nun Sukun atau Tanwin) bertemu salah satu huruf yang berjumlah lima belas ”

Huruf luma belas tersebut terkumpul dalam syi’ir :

صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَ شَخْصٌ قَدْ سَمَا * دُمْ طَيِّبًازِدْفِى تُقًى ضَعْ ظَالِمَا

Cara membacanya yaitu dengan menyamarkan Nun Sukun Atau Tanwin. Seperti lafadz مِنْكُمْ , cara membacanya harus samar-samar yaitu dengan lirih, seakan Nun Sukunnya tidak terbaca. Tidak boleh dibaca Min Kum dengan jelas.

3 komentar


EmoticonEmoticon