Shalat adalah Tiang Agama
Shalat merupakan suatu pekerjaan (ibadah) yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan salam. Itulah pengertian shalat secara umum yang sudah ma’lum diketahui oleh umat Islam. Dengan shalat, seorang hamba akan merasa lebih tenang dan bahagia, karena shalat sebagai salah satu sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Tak bisa dipungkiri lagi, dalam hal shalat tentunya memiliki banyak sekali makna, sesuai dari sudut pandang yang di ambil. Misalkan dari sudut pandang keimanan, maka shalat merupakan penguat dan penambah keimanan seseorang. Kemudian shalat merupakan tiang agama, yang mana tanpa adanya shalat, maka agama tidak akan berdiri tau dengan kata lain agama akan runtuh.
Seperti halnya sebuah bangunan, misalkanlah sebuah rumah. Supaya rumah itu dapat berdiri, maka diperlukan adanya saka-saka (tiang-tiang) penyangga. Jika tiang-tiang itu tidak ada, sudah bisa dipastikan tidak akan berdiri sebuah rumah. Begitulah ibaratnya shalat sebagi penyangga agama. Agama adalah sebuah bangunan dan shalat adalah bagian dari bangunan itu, yaitu tiangnya.
Dalam sebuah kitab (Arba’a rasail) dikatakan :
أَنَّ الصَّلاَةَ عِمَادُ الدِّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنِ وَمَنْ اَضَاعَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنِ
Artinya : “Sesungguhnya barang siapa mendirikan shalat, maka ia mendirikan agamanya, dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia merobohkan agamanya”.
Dari cuplikan kalimat tersebut sudah jelas bukan, bahwa shalat memang sebagai cagaknya agama. Sampai dikatakan orang yang melaksanakan shalat berarti orang tersebut telah mendirikan agama, dan orang yang meninggakan shalat berarti orang tersebut telah merobohkan agama. Sebagai kesimpulan “Agama tidak akan berdiri (ada) tanpa adanya shalat”.
Merayu Tuhan Dengan Shalat.
Shalat menurut bahasa dapat diartikan sebagai sebuah do’a, dan salah satu fungsi do’a adalah sebagai sarana terkabulnya suatu hajat. Namun demikian, setelah mengetahui arti dari shalat, yakni sebuah do’a. Jangan sampai timbul salah pemahaman dari arti tersebut.
Contoh salah pemahaman dari arti tersebut adalah ketika seseorang mengetahui shalat adalah do’a, kemudian orang tersebut tidak mau melaksanakan shalat yang sesungguhnya (suatu pekerjaan yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan salam). Karena orang tersebut berfikiran yang penting ia berdo’a maka ia sudah melaksanakan shalat, tanpa melakukan gerakan-gerakan, seperti mengangkat tangan, ruku’, sujud dan seterunya.
Di dalam sholat, terdapat banyak sekali do’a-do’a yang dipanjatkan oleh seorang hamba kepada Tuhannya. Yang mana do’a tersebut penuh dengan rayuan yang memukau, karena alurnya yang begitu tertata dengan rapi dan indah. Bukan maksud menyamakan Tuhan dengan manusia yang mudah terkena bujuk rayu. Namun tuhan adalah Dzat yang Maha Mengabulkan segala do’a. Dan etika seorang hamba ketika berdo’a sangat beragam macamnya. Salah satu etika terbaik berdo’a adalah ketika seorang hamba melaksanakan Shalat.
Untuk mengetahui seperti apa rayuan-rayuan seorang hamba pada Tuhannya, mari kita simak sedikit keterangan yang mungkin kebanyakan orang belum menyadarinya.
- Niat. Dalam niat terkandung suatu makna yang teramat penting. Yaitu ketika seseorang menyatakan bahwa niatnya adalah beribadah (shalat) hanya untuk Allah semata. Tidak ada niatan untuk beribadah kepada selain-Nya. Logikanya adalah, jika seseorang di datangi orang lain secara khusus (pribadi), maka orang yang di datangi akan menjamu orang yang yang mendatanginya sacara lebih khusus dibandingkan ketika seseorang berniatan mengunjungi beberapa orang.
- Takbiratul Ihram. Dalam takbir tersebut mengandung suatu rayuan yang luar biasa, yakni seorang hamba mengagungkan Tuhan dengan berkata “Allah Maha Besar”. Jika dilogika, seseorang yang yang disanjung pasti akan merasa bahagia dan bangga. Hingga akhirnya orang tersebut akan berbuat baik pada orang yang telah menyanjungnya.
- Do’a Iftitah. Dalam do’a tersebut menggunakan rayuan yang berirama maju da halus. Dimana mula-mula seorang hamba mengagungkan Tuhan dengan mengatakan “Allah Maha besar” kemudian memuji dan mensucikan Tuhan dengan mengatakan “Segala bentuk pujian hanya milik Allah, Maha Suci Allah diwaktu pagi dan petang”. Kemudian hamba tersebut menyatakan bahwa ibadah dan apa yang ada padanya, baik hidup maupun matinya ia serahkan hanya untuk Tuhan bukan untuk yang lainnya, dengan mengatakan “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan berserah diri dan bukan golongan dari orang-orang Musyrik, sesungguhya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya milik Allah penguasa alam semesta”.
- Surat Al-Fatihah. Dalam surat Al-Fatihah terkandung kalimat-kalimat berurutan yang merupakan rayuan memikat. Pertama, seorang hamba memuji Tuhan dengan sifat-sifat dan kegungan kekuasaannya dengan berkata “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah pemelihara seluruh alam raya, yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menguasai hari pembalasan”. Kemudian hamba tersebut menyatakan bahwa hanya Tuhan ia beribadah dan mohon pertolongan dengan berkata “hanyalah kepada-Mu kami menyembah dan hanya pada-Mu kami mohon pertolongan”. Setelah merayu Tuhan kemudian hamba tersebut mengutarakan kainginan (maksud)nya dengan berkata “Tunjukanlah kami kejalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat”.
- Ruku’. Dalam ruku’ juga mengandung rayuan dahsyat. Bagaimana tidak ? seorang hamba mengagungkan dan memuji Tuhan dengan tuma’ninah, posisi menundukan kepala dan menurunkan badan hingga membentuk sudut 90 derajat. Suatu penghadapan yang sangat menyentuh hati bila ditujukan kepada manusia. Tapi kini seorang hamba sedang menghadap Tuhannya bukan pada manusia.
- I’tidal. Dalam i’tidal juga terkandung suatu rayuan yang menggelitik jika ditujukan pada manusia. Sebuah pengagunganyang teramat tinggi, dimana dengan hati yang tenang (tuma’ninah) seorang hamba mengatakan “segala puji hanya bagi-Mu, sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh yang Eangkau kehendaki setelah itu”. Pujian tersebut sangat pantas bagi Allah yang maha segalanya.
- Sujud. Kemudian rayuan yang selanjutnya berada dalam sujud. Dimana posisi seorang hamba dalam keadaan menundukan kepala serendah-rendahnya hingga menyentuhkan keningnya sampai ketanah (alas sujud) serambi memanjatkan pujian terhadap Tuhannya. Ini menandakan bahwa penghambaan yang begitu dalam dan penghormatan seorang hamba kepada Tuhannya yang sangat indah.
- Duduk diantara dua sujud. Setelah sujud. seorang hamba mengutarakan berbagai keinginannya lagi dengan berdo’a “Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku, kasihanilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah petunjuk kepadaku, sehatkanlah aku, dan berilah ampunan kepadaku”. Setelah itu seorang hamba sujud lagi, sehingga bertambah kuatlah kekuatan permohonannya.
- Tasyahud. Seorang hamba yang cerdas sekali ketika meminta sesuatu, ia menyanjung yang akan dimintai sesuatu itu. Sungguh rayuan maut bukan ?. Begitulah kiranya yang terdapat pada tasyahud, yakni seorang hamba menyanjungTuhannya dengan berkata “Segala kehormatan ,keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan hanya milik Allah” kemudian hamba tersebut tidak langsung berdo’a untuk dirinya sendiri, tapi mendo’akan dan menyanjung kekasih Tuhannya dengan berkata “Keselamatan atasmu wahai Nabi muhammad, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya”. Setelah menyanjung, si hamba berdoa supaya di beri keselamatan, begitu pula para orang-orang shalih turut ia do’akan. Kemudian si hamba membuat kesaksian bahwa “Tiada Tuhan yang pantas di sembah selain Allah dan Nabi Muhammad saw adalah benar utusan Allah swt”. Kemudian, supaya do’a kian mantap, si hamba bershalawat kepada Nabi muhammad secara lengkap dengan berkata “Wahai Tuhanku, limpahilah rahmat keselamatan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya seperti Engkau limpahkan rahmat keselamatan kepada Nabi Ibrahim, berikanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya seperti Engkau limpahkan keberkahan kepada Nabi Ibrahim. Bahawasanya Engkau Tuhan yang sangat terpuji dan mulia di seluruh alam”.
- Salam. Setelah seorang hamba berdo’a denga rayuan-rayuan mautnya, kemudian ia menutup shalatnya dengan salam yang merupakan sebuah do’a ajaib, yaitu ucapan keselamatan.
Setelah seorang hamba memuji sekaligus menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan, bagaimana mungkin do’a-do’anya akan tertolak ? tentunya kemungkinan itu akan sedikit sekali adanya atau bahkan tidak ada peluangnya (do’a tertolak) sama sekali. Dengan kata lain do’anya pasti akan terbulkan.
Demikianlah sekilas mengenai rayuan-rayuan seorang hamba ketika shalat yang kebanyakan orang belum mengetahuinya. Semoga bermanfaat bagi penulis, pembaca dan orang yang belajar darinya.